Perekonomian Indonesia Akan Normal Kembali
Editor
Last Updated
2022-06-02T03:49:06Z
|
Foto: ilustrasi |
DETIKJAM.COM - Jakarta, Ekonomi RI sehat kembali mulai Juli. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II minus 3,1 persen.
Kontraksi cukup dalam dibandingkan realisasi 31 Mei 2020 sebesar 2,97 persen. Namun, ia optimistis pemulihan ekonomi nasional akan terjadi mulai juli.
Bahkan, Ani, panggilan akrabnya, optimistis pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini masih bisa positif di kisaran 2,7 persen. “Dengan dinamika di kuartal II, ada perbaikan di kuartal III, maka dari sisi APBN 2020 pertumbuhan ekonomi masih di 2,7 persen,” ujarnya, Selasa (16/6).
Beberapa faktor yang memberikan harapan. Sambung Ani, sentimen positif investor global di pasar keuangan dan bursa saham dalam negeri. “Sentimen yang tadinya volatile dan negatif menjadi memiliki harapan,” tutur dia.
Ekonomi RI sehat kembali mulai Juli
Kemudian, beban pembayaran yield atau bunga surat utang negara mulai berkurang. “Dari indikator keuangan yield government bond lebih baik. Stabilitas ini yang kami upayakan dalam rangka pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Dalam paparan sebelumnya, Ani memperkirakan pertumbuhan ekonomi negatif 3,1 persen pada kuartal II. Lantaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan banyak daerah yang memberi kontribusi besar terhadap ekonomi nasional.
“Meskipun pada kuartal I positif, namun kuartal kedua kami perkirakan akan terjadi kontraksi karena PSBB. Kami perkirakan negatif, minus 3,1 persen,” ujarnya dalam press conference APBN Kita, Selasa (16/6).
Dampak tersebar diseluruh dunia
Menurut Ani, panggilan akrabnya, Indonesia sama halnya dengan banyak negara di dunia yang ekonominya terdampak pandemi virus corona.
Di kawasan ASEAN, pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II juga diprediksi terjadi di Singapura dan Malaysia, yaitu masing-masing minus 6,8 persen dan 8,0 persen.
Sementara, di negara maju, seperti AS diproyeksikan minus 9,7 persen, Inggris minus 15,4 persen, Jerman minus 11,2 persen, Prancis minus 17,2 persen, dan Jepang minus 8,3 persen.
“Dengan pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II, sangat berat untuk jaga ekonomi tetap positif. Semua lembaga membuat proyeksi ekonomi negatif, hanya sedikit yang positif,” tutur Ani.